Posts

Sentuhan Awal yang Menentukan: Kehadiran Orang Tua di Hari Pertama Sekolah sebagai Investasi Psikologis

Image
Esok hari, Senin 14 Juli 2025, sekolah-sekolah di Indonesia akan kembali ramai, terutama oleh wajah-wajah baru yang masih mungil dan mungkin penuh tanda tanya. Hari pertama sekolah bukan sekadar ritual administratif; ia adalah momen transisi psikologis yang signifikan bagi seorang anak. Artikel ini bertujuan untuk mengajak para orang tua untuk melihat momen ini bukan hanya sebagai tugas, tetapi sebagai amal tarbawi (amal pendidikan) yang mendalam. Kehadiran fisik dan emosional orang tua di hari pertama bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan psikologis mendasar yang dampaknya akan terasa panjang. Ilustrasi: moneter.co.id Secara psikologis, hari pertama sekolah adalah medan yang sarat dengan potensi stres bagi anak. Mereka dihadapkan pada lingkungan yang sama sekali asing: ruang kelas baru, guru baru, teman-teman baru, rutinitas baru, dan perpisahan sementara dari figur keamanan utama (orang tua). Menurut teori attachment (kelekatan) yang dikemukakan oleh John Bowlby dan Mary Ainswort...

Gajah di Pelupuk Mata Tak Tampak, Semut di Seberang Lautan Tampak

Image
Kira-kira, pernahkah kita merasa lebih mudah menilai kesalahan orang lain dibandingkan melihat kekurangan diri sendiri? Fenomena ini sering digambarkan dengan pepatah “gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.” Dalam psikologi, perilaku ini dikenal sebagai bias atribusi, khususnya fundamental attribution error. Bias ini menggambarkan kecenderungan manusia untuk mengaitkan kesalahan orang lain dengan karakter atau sifat pribadi mereka, tetapi menghubungkan kesalahan diri sendiri dengan faktor eksternal. Misalnya, ketika seorang teman datang terlambat ke pertemuan, kita mungkin langsung menilai bahwa ia tidak disiplin atau tidak menghargai waktu. Namun, saat kita sendiri terlambat, kita cenderung membenarkan perilaku itu dengan alasan yang tampak masuk akal, seperti macet atau situasi darurat. Pola pikir ini secara tidak sadar melindungi ego kita, tetapi juga membuat kita sulit untuk bersikap objektif dalam menilai situasi. Dalam teori self-serving bias, dijelask...

Refleksi dan Resolusi Tahun Baru 2025

Image
Momen pergantian tahun sering kali dimanfaatkan untuk melakukan refleksi atas perjalanan hidup dan menetapkan resolusi baru. Refleksi ini merupakan proses evaluasi diri yang melibatkan penilaian terhadap keberhasilan, kegagalan, dan hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Dalam perspektif psikologi, refleksi dapat menjadi cara untuk meningkatkan kesadaran diri (self-awareness), yang menurut Carl Rogers merupakan elemen penting untuk mencapai aktualisasi diri. Dengan merenungkan pengalaman masa lalu, seseorang dapat memahami apa yang benar-benar penting dalam hidupnya dan merancang langkah-langkah ke depan secara lebih terarah. Namun, proses refleksi tidak cukup tanpa diiringi oleh langkah konkret untuk perubahan. Resolusi tahun baru sering kali menjadi bentuk komitmen terhadap perubahan tersebut. Sayangnya, banyak resolusi gagal karena sifatnya yang terlalu ambisius atau tidak realistis. Melalui Atomic Habits nya, James Clear mengungkapkan bahwa perubahan yang efektif tidak terjadi secar...

Ketika Perhatian Tak Lagi Ada

Image
Dalam keseharian, kita seringkali terlalu fokus pada diri sendiri sehingga tanpa sadar mengabaikan kehadiran orang lain di sekitar kita. Bahkan, ada kalanya kita tak menghargai perhatian dan usaha yang diberikan seseorang, seolah-olah kehadiran mereka adalah hal yang biasa saja, bahkan kewajiban. Namun, saat orang tersebut merasa lelah dan memilih untuk menjauh, barulah kita menyadari bahwa ternyata kehadirannya begitu berarti. Fenomena ini tidak jarang terjadi, terutama di kalangan dewasa ini yang seringkali lebih mengutamakan kenyamanan dan kepentingan pribadi tanpa berpikir panjang. Dalam psikologi, fenomena ini bisa dikaitkan dengan konsep “Kebutuhan Ketergantungan” dalam perspektif psikologi humanistik. Menurut teori kebutuhan Abraham Maslow, manusia memiliki hirarki kebutuhan yang berjenjang, di mana salah satu tahapannya adalah kebutuhan untuk dicintai dan merasa memiliki. Ketika kita merasa perhatian orang lain selalu ada, tanpa disadari kita sering merasa ini adalah hal yang o...

Masihkah Bermental Inlander?

Image
Pernahkah anda mendengar istilah "inlander" ? Banyak orang—tentunya orang Indonesia—yang menganggapnya sebagai penyakit mental yang paling banyak menjangkiti orang Indonesia. “Inlander” berasal dari Bahasa Belanda yang memiliki arti “pribumi” atau “masyarakat asli’. Dalam Bahasa Inggris, kata ini berpadanan makna dengan kata “native”. Istilah ini bertitik tolak dari masa penjajahan Belanda yang pada saat itu membagi strata masyarakat menjadi tiga kelompok, yaitu 1) Orang Eropa, yaitu orang Belanda, Inggris dan bangsa eropa lainya. Meskipun bukan bagian dari Eropa, bangsa Jepang tergolong dalam kasta ini, akibat pengaruh yang kuat dari Kekaisaran Jepang pada masa itu, 2) Orang Timur Asing (Vreemde Osterlingen) yaitu keturunan dataran Tiongkok, Jazirah Arab dan India yang dianggap sebagai bangsa pendatang, dan 3) Orang Pribumi atau Inlander, yaitu bangsa pribumi asli Indonesia. Inlander adalah strata yang paling rendah dari ketiga kasta di atas. Mungkin mereka menganggapnya...

Belajar Dari Negeri Tetangga

Image
Sebagai negara yang tergolong memiliki daerah yang luas, Indonesia memiliki beberapa negara tetangga, di antaranya Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Selain itu, Indonesia berbatasan pula dengan Australia, Papua Nugini, dan Timor Leste—sebuah negara yang dulunya pernah menjadi bagian dari Indonesia. Dari beberapa nama negara tetangga tersebut, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam begitu menarik untuk diamati. Hal ini dikarenakan selain negara tersebut bertetangga, ketiganya memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Indonesia, baik secara budaya maupun bahasa. Meskipun memiliki kosakata yang khas, namun secara garis besar bahasa masing-masing negara tersebut masih dapat dimengerti oleh negara yang lain. sumber: www.kryptomoney.com/securities-commission-of-malaysia-might-soon-bring-upon-a-regulated-crypto-framework/ Akan tetapi berbeda halnya dengan masalah ekonomi, sampai saat ini Indonesia masih belum seberuntung ketiga negara tersebut. Malaysia, Singapura, ...

Meredefinisi Reward dan Punishment dalam Dunia Pendidikan

Image
Kembali dunia pendidikan Indonesia harus menelan pil pahit. Kali ini, kasus datang dari seorang guru SMP di Sidoarjo yang harus diadili di persidangan akibat menghukum seorang siswanya dengan cubitan di lengan kanan siswa tersebut. Kejadian ini pun menyita perhatian guru-guru di Indonesia dan mengundang aksi simpatik dari para guru, salah satunya adalah aksi simpatik para guru di Kota Delta terhadap rekannya, SB (45), guru SMP Raden Rahmat yang menjadi tersangka yang sedang menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Sidoarjo. sumber: www.sciencedaily.com/releases/2016/10/161005090700.html Kasus ini bukan lah hal yang baru di kalangan guru. Sebelumnya, kasus orang tua siswa kelas 4 SD Antonius Matraman Jakarta Timur berinisial KN yang melaporkan gurunya Inho Loe karena diduga mencubit KN pada saat mengajar. Laporan masuk ke PPA Polres Jakarta Timur pada Jumat (10/6). Di tambah pula beredarnya sebuah kabar bahwa seorang guru SD di Majalengka, Jawa Barat nyaris mendekam da...